
Ajang Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Kota Binjai Tahun 2023. (Dian-Dberita.ID)
Dberita.ID, Binjai – Kadis Pendidikan Kota Binjai, Eddie Mulia, diduga intervensi keputusan hasil dewan juri supaya bisa memenangkan sekolah pilihannya di ajang Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Kota Binjai, dengan peserta didik jenjang SMP/MTs. Nah, dengan begitu, sekolah pilihan yang dimenangkan tersebut dapat dikirim untuk mengikuti FLS2N di tingkat Provinsi Sumatera Utara.
Namun tudingan tersebut dibantah keras oleh Kadisdik Binjai Eddie Mulia. Kata Eddie, dalam pelaksanaan FLS2N, dia hanya berpesan kepada dewan juri supaya dapat memberikan penilaian secara objektif, memilih pemenang sesuai dengan hasil nilai penjurian.
“Oh tidak benar itu, kalau saya dibilang ada lakukan intervensi. Saya cuma minta kepada dewan juri agar memenangkan peserta yang memang layak untuk menang sesuai hasil penjurian secara objektif,” kata Eddie, Jumat (1/6/2023) saat dihubungi wartawan via WhatsApp.
Pun begitu, banyak pihak justru menilai hasil penjurian FLS2N Kota Binjai Tahun 2023 ini memang penuh dengan kecurangan dan hasil titipan dari pejabat tertentu. Hal ini berdasarkan banyaknya bukti-bukti kecurangan yang ditemui saat berlangsungnya FLS2N.
Berikut adalah kejanggalan-kejanggalan yang ditemui saat berlangsungnya perlombaan tarian daerah FLS2N Kota Binjai yang berhasil dirangkum.
Misalnya, ketika pemenang pertama tampil terlihat hanya mengenakan celana ponggol saja saat manggung di atas pentas. Padahal, mereka membawakan tarian etnis melayu yang harus sopan dan rapi.
Lalu, pemenang kedua juga terlihat aneh saat tampil. Dimana, mereka sengaja mencampur-adukkan tarian daerah dengan gerakan Pargoy.
Nah, melihat penampilan kedua pemenang ini saja sudah aneh rasanya. Tapi, kenapa dewan juri justru memilih mereka yang keluar sebagai juaranya. Kemudian, soal jumlah juri diperlombaan tersebut yang seharusnya minimal 3 orang ternyata hanya 2 juri saja.
Belum lagi, ketika saat pendaftaran jumlah peserta yang tadinya hanya lima. Namun tiba-tiba saat perlombaan jumlah peserta bertambah menjadi dua, hingga totalnya menjadi 7 peserta.
Sementara itu, pelatih SMPN 13 Binjai Seruanta Atmaja Bangun, dan Desi Wulan Sari Damanik, saat dimintai tanggapannya mengaku kecewa dengan hasil penjurian ajang FLS2N Kota Binjai, beberapa waktu lalu.
Desi misalnya, ia mengaku sangat kecewa dengan hasil penjurian karena sarat dengan kecurangan. “Tidak hanya kami saja tapi banyak orang-orang yang hadir menyaksikan perlombaan kemarin juga mengatakan kalau kami memang layak menjadi pemenang dan tidak layak menjadi juara 3,” katanya.
Dijelaskan Desi, usai diumumkan siapa pemenangnya, dia pun langsung mengkonfirmasi dewan juri. Dan dapat disimpulkan oleh desi kalau hasil penjurian memang penuh kecurangan.
Alasan juri tidak memenangkan SMPN 13 karena masalah makeup dan busana yang dikenakan peserta tari tidak menutup sampai ke lengan (ketiak). Padahal, kata Desi dalam penilaian juri tidak ada tertulis kolom penilaian tata rias dan busana tari.
Karena yang dinilai seharusnya menyangkut tentang Wiraga yaitu bentuk gerak, kekompakan, dan garis gerak. Kemudian, Wirama, yang dilihat adalah keselarasan gerak dengan musik.
“Seharusnya yang dinilai itu adalah Ekspresi, Kejiwaan dan Rasa dalam Menari. Bukan urusan makeup ataupun busana. Lagian busana yang dipakaikan busana etnis,” kata Dosen Seni yang merupakan jebolan dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta tersebut.
Lebih lanjut, Desi menilai alasan juri sangar tidak masuk akal dan hanya dibuat-buat saja. Karena, setelah ditanya lagi tentang alasan kenapa anak-anak asuhannya bisa kalah, akhirnya si juri mengakui dapat tekanan dari 4 orang, yaitu guru bernama Fitra, kemudian Kadis dan beberapa guru dari sekolah yang menang.
Hal itu juga dibenarkan Atmaja Bangun. Karena menurutnya kalau penilaian dilakukan secara objektif maka anak-anak asuhannya di SMPN 13 sangat layak untuk lebih dari sekedar juara 3.
“Jujur aja kami sangat kecewa karena sudah berbulan-bulan kami mempersiapkan anak-anak asuhan kami terus berlatih untuk ikut perlombaan ini, namun nyatanya mereka harus dikalahkan dengan cara-cara seperti ini,” sebutnya.
Atmaja berharap agar kedepan tidak terulang lagi masalah seperti ini. Karena ini menyangkut masa depan dunia seni tari di Kota Binjai.
“Selama ini Binjai tidak pernah bisa juara, palingan berada di peringkat 5 setiap kali mengikuti perlombaan FLS2N di tingkat Provinsi Sumut. Itu karena memang yang terpilih selama ini tidak layak untuk bisa jadi juara. Makanya kami berharap kedepan dilakukan pembenahan supaya yang dikirim memang yang layak sebagai pemenang bukan dipilih karena ada titipan pejabat,” katanya. (Dian)
Editor: Reza Fahlevi