Dberita.ID, Langkat – Warga Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, digegerkan dengan kedatangan imigran gelap dari etnis Rohingya. Awalnya, sebanyak 51 orang terdata oleh masyarakat dan petugas keamanan setelah mereka diketahui mendarat di kawasan pantai Desa Kwala Langkat pada Rabu, 22 Mei 2024, sekitar pukul 10.00 WIB. Namun, satu hari kemudian, terdengar kabar bahwa 11 orang Rohingya lainnya masuk melalui daerah aliran Sungai Sei Batang Serangan di Tanjung Pura, tepatnya di sebuah perkebunan kelapa sawit milik warga di Dusun Dahlia, Desa Teluk Bakung, Kecamatan Tanjung Pura, Langkat.
Warga yang mengetahui kedatangan mereka segera menghubungi pemerintahan desa setempat. Sebelas imigran tersebut diantar warga ke Desa Kwala Langkat, namun kedatangan mereka ditolak oleh warga setempat. Akhirnya, mereka dibawa ke Kantor Kecamatan Tanjung Pura.
Pemerintahan kecamatan mendirikan tenda pengungsian sementara untuk para imigran. Namun, hingga Jumat kemarin, seluruh etnis Rohingya dipindahkan ke Gedung Nasional Tanjung Pura, tepatnya di Jalan Merdeka, Kelurahan Pekan Tanjung Pura, Kecamatan Tanjung Pura, Langkat.
Pada Senin, 27 Mei 2024, awak media melaporkan bahwa identitas para pengungsi sedang didata oleh United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), didampingi oleh International Organization for Migration (IOM) dan Yayasan Kemanusiaan Madani Indonesia (YKMI). Di penampungan tersebut, pihak UNHCR melakukan pencatatan sidik jari elektronik dan pemasangan gelang identitas kepada masing-masing imigran Rohingya.
Disisi lain, warga Tanjung Pura yang merasa kasihan memberikan makanan dan minuman. Sumbangan lain berupa pakaian, sabun mandi, pasta gigi, dan kebutuhan lainnya juga datang dari komunitas Terapis Muslim-Medan.
Tidak lama kemudian, pihak Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, juga terlihat datang melihat imigran gelap di Tanjung Pura. Mereka juga terlihat berkoordinasi dengan pihak UNHCR terkait rencana penempatan para imigran Rohingya tersebut.
Camat Tanjung Pura, Muhammad Nawi, Lurah Pekan Tanjungn Pura Suwanto, pihak Koramil setempat, dan personil Polsek Tanjung Pura juga hadir di lokasi.
Ismail, warga Kelurahan Pekan Tanjung Pura yang juga koordinator tempat pengungsian menyatakan bahwa, seluruh pengungsi Rohingya berjumlah 62 orang.
Berikut adalah identitas para imigran Rohingya:
1. Rubi Alam, 14 tahun
2. Suahid, 14 tahun
3. Muhammad Azis, 17 tahun
4. Tokiullah, 16 tahun
5. Nurhason, 16 tahun
6. Usman Ghani, 23 tahun
7. Umar Faro, 21 tahun
8. Rubiulalam, 18 tahun
9. Redwan, 24 tahun
10. Syaiful Karim, 18 tahun
11. Muhammad Zaber, 17 tahun
12. Muhammar Rofiq, 20 tahun
13. Hammid Huson, 29 tahun
14. Abdul Amin, 25 tahun
15. Romlan Ali, 41 tahun
16. Muhammad Salam, 33 tahun
17. Roni, 36 tahun
18. Muhammad Balam, 35 tahun
19. Muhammad Asrof, 16 tahun
20. Abdullah, 24 tahun
21. Muhammad Nurul Hakim, 22 tahun
22. Mezanurahman, 18 tahun
23. Muhammad Salim, 18 tahun
24. Sayat Alam, 20 tahun
25. Muhammad Syafiq, 35 tahun
26. Muhammad Sajad, 17 tahun
27. Nozumullah, 16 tahun
28. Abdul Hannah, 17 tahun
29. Syafiq Alam, 17 tahun
30. Abdul Hasyim, 20 tahun
31. Bilal, 24 tahun
32. Ali Akbar, 18 tahun
33. Asyadullah, 18 tahun
34. Abdul Gafur, 21 tahun
35. Abdul Kasim, 19 tahun
36.;Dulal, 36 tahun
37. Soyonur, 17 tahun
38. Moniyuddin, 17 tahun
39. Aburahman, 14 tahun
40. Mubarak, 24 tahun
41. Samsualam, 20 tahun
42. Salhuddin, 37 tahun
Anak-anak laki-laki:
43. Ismail, 8 tahun
44. Suail, 5 tahun
45. Samin, 4 tahun
Anak-anak perempuan:
46. Mizan, 6 tahun
47. amana Atar, 8 tahun
48. Sumayatta, 10 tahun
Perempuan dewasa:
49. Hamidah, 18 tahun
50. Sayera, 16 tahun
51. Monowara, 22 tahun
Rombongan kedua:
1. M. Imranan, 27 tahun, laki-laki
2. Misbah, 22 tahun, laki-laki
3. M. Toyub, 24 tahun, laki-laki dewasa
4. Nurbegom, 28 tahun, perempuan dewasa
5. Rehena, 15 tahun, perempuan
6. Asiah, 16 tahun, perempuan
7. Derkeas, 14 tahun, perempuan
8. Saedah, 20 tahun, perempuan dewasa
9. Umur, 8 tahun, laki-laki
10. Sania, 3 tahun, perempuan
11. Renas, 8 tahun, perempuan
Catatan:
Etnis Rohingya merupakan masyarakat yang tinggal di daerah Arakan, negara bagian Rakhine, Myanmar. Mereka adalah minoritas Muslim tanpa kewarganegaraan yang mengalami penganiayaan di Myanmar. Akibat kekerasan dan penindasan di tanah air mereka, terutama setelah serangan militer pada tahun 2017 yang digambarkan oleh PBB sebagai “contoh pembersihan etnis,” ratusan ribu warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Saat ini, hampir 1 juta pengungsi Rohingya tinggal di kamp-kamp yang padat di tenggara Bangladesh. Banyak dari mereka meninggalkan kamp-kamp tersebut untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain, termasuk Malaysia dan Indonesia.
Editor: Reza Fahlevi