Langkat, Dberita.ID — Anggota Komisi X DPR RI, Prof. Dr. Ir. H. Djohar Arifin Husin, membuka kegiatan workshop yang dihadiri oleh tokoh adat budaya Melayu, para sanggar tari dan seni, serta organisasi Melayu. Acara ini berlangsung di Gedung Pegnasos Stabat pada Minggu, 25 Agustus 2024.
Dalam kapasitasnya sebagai anggota Komisi X DPR RI, Djohar Arifin Husin bekerja sama dengan Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (Dirjen Kebudayaan-Kemdikbudristek RI). Workshop ini mengusung tema “Peran Masyarakat Adat dalam Mempertahankan Budaya Melayu Langkat”.
Hadir dalam acara tersebut antara lain Sjamsul Hadi, SH, MM, selaku Direktur Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa-Kemdikbudristek, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II Sumatera Utara Sukron Edi, serta Yuni Ariyani Nasution yang mewakili Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Langkat.
Dihadirkan sebagai narasumber, yakni:
– Dr Khairil Ansari, M.Sc (guru besar pakultas pendidikan unipersitas bahasa dan seni Unimed)
– Prof Dr Pujiati M.Soc.Sc.Phd (guru besar bidang ilmu telaah Pranatu USU)
– Prof Dr. Fachruddin Azmi (guru besar UIN).
Dalam sambutannya, Djohar Arifin menyampaikan pentingnya peran masyarakat adat dalam mempertahankan budaya Melayu di Langkat, mengingat semakin terkikisnya penggunaan bahasa dan adat Melayu di kalangan generasi muda. Ia mencontohkan kondisi serupa di daerah lain, seperti Yogyakarta dan Bandung, di mana anak-anak muda semakin jarang menggunakan bahasa daerah mereka.
“Ini bukan hanya masalah kita di Langkat, tetapi masalah seluruh Indonesia. Jika kita tidak mempertahankan bahasa dan budaya kita, mereka akan punah. Oleh karena itu, kita harus memperkuat dan mempertahankan budaya ini,” ujar Djohar.
Djohar juga menekankan perlunya Peraturan Daerah (Perda) dan muatan lokal dalam kurikulum sekolah untuk mengajarkan bahasa dan budaya Melayu kepada generasi muda. Ia berharap setiap sekolah di Langkat, terutama sekolah dasar, mengajarkan bahasa Melayu kepada siswa-siswanya.
Ia juga menekankan pentingnya mempertahankan adat budaya melalui tindakan nyata, termasuk cara-cara sederhana seperti makan dengan tangan. Menurutnya, tangan memiliki berkah yang luar biasa dalam membantu pencernaan, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah.
Sementara itu, Sjamsul Hadi dalam sambutannya menyampaikan bahwa melalui diskusi ini diharapkan akan muncul poin-poin komitmen utama untuk kemajuan kebudayaan di Langkat ke depan. Tahun 2024 disebutnya sebagai tahun terakhir transisi pemerintahan, sehingga workshop ini menjadi momen penting untuk menyampaikan aspirasi para pemangku adat dan komunitas budaya di Langkat.
“Yang terpenting adalah peran para pemangku adat atau maestro, karena melalui program-program fasilitasi yang ada, kita bisa memastikan proses pewarisan budaya berlangsung berkelanjutan,” kata Sjamsul Hadi.
Ia juga menyampaikan bahwa Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II Sumatera Utara memiliki program-program fasilitasi yang dialokasikan untuk 40 kegiatan di tahun ini, yang saat ini sudah memasuki tahap kedua.
Sjamsul Hadi juga menekankan pentingnya peran aktif dari komunitas dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam upaya percepatan kemajuan kebudayaan. Ia menyebut bahwa Dinas Pendidikan juga memiliki peran penting dalam menyiapkan generasi muda menuju Indonesia Emas pada tahun 2045.
“Melalui program advokasi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat adat, kami siap membantu menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat adat, termasuk konflik ulayat dan konflik dengan korporasi,” pungkas Sjamsul Hadi. (*)
Editor: Reza Fahlevi