Dberita.ID, Kab Solok – Bupati Solok Epyardi Asda dengan cepat merespons keluhan petani yang diduga membuang tomat hasil panen ke jurang di kawasan Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumbar. Pada Senin (01/07/2024), Epyardi menemui Kemenperin di ruang sinergi BSKJI Jakarta untuk mencari solusi.
Dalam pertemuan dengan Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi, Epyardi menandatangani Nota Kesepakatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing industri kecil dan menengah. Epyardi menjelaskan bahwa petani mengeluhkan harga tomat yang anjlok dan akses transportasi yang macet di sejumlah daerah, seperti di Sitinjau Lauik.
Epyardi berharap kerja sama dengan Kementerian Perindustrian melalui BSKJI dapat memberikan solusi bagi petani di Kabupaten Solok. “Kami yakin akan ada solusi, apalagi dengan delapan balai BSKJI yang dapat bekerja sama dengan kami, seperti dalam bentuk kemasan, rasa, atau kerja sama dengan BPOM untuk industri hilirisasi,” ujarnya.
Andi Rizaldi menambahkan bahwa sektor makanan dan minuman memiliki kontribusi terbesar dalam industri pengolahan non-migas. “Melihat potensi di Sumatera Barat, masih banyak sektor yang bisa dikembangkan untuk mendongkrak kontribusi industri pengolahan non-migas, termasuk tomat, sehingga bisa diandalkan pengembangan hilirisasi produknya,” ujarnya.
Untuk mengatasi fluktuasi harga tomat, BSKJI telah melakukan penelitian dan kajian tentang pengolahan tomat dan akan memberikan pelatihan kepada para petani di Kabupaten Solok. “Kami yakin IKM Kabupaten Solok dapat semakin berdaya saing dengan program dan kegiatan yang disinergikan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Solok,” tambah Andi.
BSKJI di bawah Kementerian Perindustrian bertugas menyelenggarakan koordinasi, perumusan, penerapan, pemberlakuan dan pengawasan standardisasi industri, optimalisasi pemanfaatan teknologi industri, penguatan industri hijau, dan penyusunan rekomendasi kebijakan jasa industri. Untuk mencapai target pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,80% di tahun 2024, Kementerian Perindustrian telah menyiapkan sejumlah langkah strategis dalam program prioritas tahun 2024, termasuk hilirisasi industri dan restrukturisasi mesin dan peralatan untuk IKM.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Solok, Kenedi Hamzah, menyatakan bahwa kejadian petani membuang tomat sering terjadi ketika harga tomat anjlok. “Sebagian petani memilih tidak memanen tomatnya dan membiarkan busuk di lahan untuk mengurangi biaya dan menjadikannya pupuk organik,” jelasnya. Kenedi menambahkan bahwa over produksi terjadi karena banyak petani menanam tomat setelah harga tinggi akibat bencana di daerah lain. Harga tomat di petani kini hanya Rp700 hingga Rp1.200 per kilogram.
Kenedi mengusulkan penerapan pola tanam yang memanfaatkan sumber daya lahan secara optimal untuk menghindari risiko kegagalan panen dalam sistem usaha tani. (Fit)
Editor: Reza Fahlevi