Dberita.ID, Taput – Bertani kopi arabica varietas sigarar utang (kopi ateng), sangat menjanjikan, namun prosesnya butuh waktu kurang lebih 18 bulan, untuk bisa bisa menikmati hasilnya. Harganya pun selalu stabil, tidak pernah meresahkan petani (merugikan).
Hal itu disampaikan Parada Sitompul, petani kopi di Dusun Siarang-arang. “Itu benar, butuh waktu 18 bulan sudah bisa menuai hasilnya,” ujar P Sitompul (64) yang juga pemilik kebun benih kopi bersertifikat saat ditemui, Selasa (08/08/2023) di Dusun Siarang-arang Desa Parbaju Tonga, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut. Ia menjelaskan, pada 20 tahun yang lalu, pihaknya sudah memulai usaha tersebut.
Pihaknya menjelaskan, dilahan sekitar 2 hektar, berjibaku bersama keluarga mengolah lahan hingga menanami benih kopi. Tidak terasa, setelah dua tahun menekuni usaha tersebut, sudah bisa memetik hasilnya.
“Waktu itu harga biji kopi sudah Rp120 ribu per kaleng. Dari kopi inilah saya bisa sekolahkan semua anak saya,” jelas Parada sambil menunjukkan penangkar benih kopi miliknya.
Parada sangat bersyukur kebun ini menjadi penangkar benih dan biji kopi sigarar utang yang telah direkomendasikan Kementrian Perkebunan RI. Itu semua berkat perjuangan dan kerja keras saya dan keluarga.
“Saat ini harga biji kopi ateng sudah berkisar Rp250 hingga Rp300 ribu per kaleng. Hasilnya sangat menjanjikan, karena kita bisa panen dua bulan sekali,” katanya.
Informasi media ini, animo masyarakat hingga sekarang sangat tinggi untuk bertanam kopi. Banyak yang datang ke kebun ini untuk beli bibit kopi. karena masyarakat sudah tau kita menjual bibit kopi unggul dan berkualitas.
“Mereka yang datang itu kebanyakan perantau yang pulang kampung dan tertarik untuk bertani kopi ateng,” ungkapnya.
Hal senada juga diutarakan Lans Hutabarat (56) warga Aek Sia Dusun Siarang-arang, Desa Parbaju Tonga, pihaknya pun mengungkapkan terimah kasih kepada bupati Nikson Nababan yang telah memberikan bibit kopi kepada kelompok taninya, di tiga tahun yang lalu.
“Dulunya saya tidak tertarik, tapi saya mencoba menanam bibit kopi bantuan itu. Benar, kurang lebih dua tahun saya sudah panen. Saya telah merasakan hasilnya. Saat ini saya sudah menanami kopi ateng diatas lahan 1 hektar. Sangat menjanjikan lah bertani kopi ini,” katanya.
Lans menjelaskan, hasil jualan kopi tersebut bisa menambah penghasilan rumah tangganya, juga bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi. “Hasil kopi ini sangat membantu pendapatan keluarga kami, dimana saya bisa menyekolahkan anak-anak saya hingga perguruan tinggi, yang saat ini ada 3 orang, dimana anak saya itu sedang duduk di perguruan tinggi di Medan,” ungkapnya, sembari mengatakan, saat sudah banyak warga yang menggeluti untuk menanam kopi ateng di Kecamatan Tarutung.
Secara terisah, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Sey Pasaribu, ketika dihubungi mengatakan jumlah permintaan bibit kopi yang terus meningkat melalui Koptan dan masyarakat pada Dinas Pertanian dan Perkebunan di Taput. Itu karena kepedulian Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang dipimpin Bapak Bupati Drs Nikson Nababan.
“Semenjak beliau pemimpin Taput, sudah banyak bantuan bibit kopi kepada masyarakat, dan hasilnya sudah dinikmati para kelompok tani, “jelasnya. (Tul)
Editor: Reza Fahlevi