
Dberita.ID, Langkat – Kapal dengan pukat dasar (bottom trawling) atau yang akrap disebut pukat Harimau, pukat trawls (pukat hela), dan ada juga menyebut pukat katrol. Alat tangkap ini diduga tidak ramah lingkungan sebagai alat penangkak ikan, karena jaring pukat tersebut memiliki mata jaring kecil dan mengkandas menyeret kedasar tanah, sehingga menimbulkan dampak lingkungan, yakni rusaknya trumbu karang, dan mematikan anak-anak ikan yang terbuang begitu saja, atau merusak ekosistim laut.
Informasi dirangkum awak media ini dari nelayan setempat, Senin (17/4/2023), menyebutkan kapal pukat tersebut sering terlihat di perairan Kuala Brandan-Selat Malaka, di Kabupaten Langkat, Sumut. Dalam seminggu ini, aktivitas pukat Harimau semakin marak atau mengganas, sehingga meresahkan bagi para nelayan tradisional di Pangkalan Brandan dan sekitarnya, sebab mereka hanya menggunakan alat tangkap tradisional.
Tidak tanggung-tanggung, terdapat 4-6 kapal beriringan menarik pukat, dengan tonase besar di sekitar pesisir pantai Kuala Brandan. Tanpa ada rasa takut, kapal pukat harimau bebas melakukan aktivitasnya, baik siang maupun malam hari.
Kini para nelayan mulai resah atas keberadan pukat yang tidak ramah lingkungan tersebut, sihingga para nelayan meminta aparat petus dan instansi terkait dapat menidak tegas atas beroperasi dikawasan pesisr pantai di Langkat.
Andi (32) salah seorang nelayan Pangkalan Brandan mengatakan, kapal pukat katrol (pukat harimau) bisa ditemui sekitar 1 jam perjalanan laut dari Pangkalan Brandan. Sekali narik bisa 2 kapal, bahkan ada 3 pasang atau 6 kapal dengan jarak yang berdekatan.
“Sudah sering jaring nelayan kita hancur dilanggar pukat katrol, mereka sesuka hati menarik pukat tanpa memikirkan kita, dan jaring didepannya. Semua main langgar, kita tidak berani mendekat, karena kapal mereka besar dan para ABK nya tidak takut dengan kita,” ucap Andi.
Hal senada juga dikatakan Leman (47) seorang nelayan jaring tenggelam asal Sei Bilah. Pihaknya mengungkapkan kepada wartawan, selama bulan puasa ini, mereka (kapal pukat harimau) terlihat bebas menarik pukat di laut Brandan hingga kita takut untuk melaut.
“Banyak kali kapal pukat katrol dilaut, bagaimana hasil tangkapan kita mau banyak, kalau semua sudah dirusak dan ditangkap mereka. Jangan-jangan kapal kitapun mereka langgar. Kita berharap, kapal pukat katrol ini bisa ditertibkan,” ucapnya.
Disebut-sebut, kapal pukat Harimau berasal dari luar daerah Langkat, seperti dari Belawan. Warga berharap, pemerintah Langkat dan penegak hukum segera menertipkan dan menangkap kapal pukat harimau yang beroperasi di perairan Kuala Brandan. (red)
Editor: Reza Fahlevi